Temukan pengalaman wisata tak terlupakan di berbagai destinasi menakjubkan di seluruh Kampoeng Wisata Putak
Tahun 1965, Pak Ola dari Sekolah Darat menjadi orang pertama yang datang ke wilayah ini yang masih berupa hutan belantara dengan kayu-kayu besar yang menakutkan. Sebagai orang Dayak, beliau berani sendirian membuka lahan di tengah hutan belantara yang masih dipenuhi binatang buas.
Tahun 1967, muncul beberapa orang dari Kampung Empas yang menyusul Pak Ola. Mereka mulai membangun pondok masing-masing dan membuat ladang di Putak Dalam. Berangsur-angsur warga masyarakat datang ke sini membentuk perkumpulan di hutan Putak Dalam.
Tahun 1970, perusahaan kayu PT Timah (bosnya orang Cina Korea) masuk ke wilayah ini. Perusahaan ini berkantor di Desa Loa Duri Ilir dan banyak warga Putak bekerja di sana sebagai supir, tukang kupas, tukang kayu, dll. Dibuka jalan sampai Kilo 50 sampai Bukit Suharto.
Dengan adanya jalan yang dibuka perusahaan, warga masyarakat yang sudah berada di Putak sejak 1960-an mulai pindah dari pondok mereka di Putak Dalam ke kiri kanan jalan (Putak) karena kemudahan berjualan hasil kebun dan ladang ke kota Loa Duri.
Warga masyarakat semakin banyak, beranak cucu dari 3 kampung (Empas, Gunung, Empaku) dan Sekolah Darat. Dibangun SDN 13 Putak dan tempat-tempat ibadah (gereja Katolik dan Protestan). Jalan ex PT Hima Putak (disebut demikian karena bekas perusahaan PT Hima).
Putak berasal dari nama Sungai Putak. Pada masa lalu ketika masih hutan belantara dengan kayu-kayu besar, saat banjir airnya menguap dan tercipta buih-buih yang terhanyut. "Putak" dalam bahasa setempat berarti "buih".
Dulu sebelum ada tambang yang merusak ekosistem, air Sungai Putak digunakan masyarakat untuk minum, masak, mencuci pakaian, dan kebutuhan lainnya. Sungai masih asri dan menjadi sumber kehidupan.
Sekarang sungai tidak bisa dikonsumsi lagi karena tercemar limbah tambang batu bara. Masyarakat harus membeli air, tidak gratis seperti dulu, yang menjadi tantangan bagi yang tidak mempunyai penghasilan tetap.
Mayoritas masyarakat adalah suku Dayak Tonyoi Benuaq, tetapi ada banyak etnis lain juga. Masyarakat umumnya adalah petani tradisional yang tidak mengenal pupuk, mereka mencari kesuburan tanah dengan cara tradisional.
Mereka mencoba menanam di Putak dan ternyata tanahnya subur dengan hasil melimpah. Latar belakang kedatangan mereka adalah mencari kehidupan baru dan kesuburan tanah.
Putak menjadi kampung wisata karena memiliki potensi wisata seperti air terjun, batu dinding, dan lainnya. Inisiatif ini datang dari masyarakat sendiri yang ingin mengangkat budaya melalui pesta panen sekaligus memperkenalkan spot-spot wisata yang ada.
"Dulu air sungai Putak jernih dan bisa langsung diminum, sekarang harus hati-hati karena tercemar."
- Warga Putak